Selasa, 22 April 2014

Aksi di Hari Bumi, dari Bola Dunia Raksasa sampai Teatrikal Tolak Tambang di Kali Gulung


Gambar Para mahasiswa melumuri tubuh dengan lumpur

BERITA TERKINI - Berbagai gawe digelar memperingati Hari Bumi pada 22 April 2014 sebagai bentuk kepedulian sekaligus  keresahan terhadap eksploitasi bumi dan isinya. Di Aceh,  50-an seniman, komunitas, dan aktivis lingkungan menggelindingkan bola bumi raksasa setinggi tiga meter diikuti aksi teaterikal manusia lumpur dan topeng-topeng satwa

Andri Muhajir dari Earth Hour Aceh, selaku koordinator aksi mengatakan, aksi bentuk kepedulian mereka pada kelestarian kehidupan bumi. �Kami membawa topeng-topeng satwa yang terus diburu di hutan Aceh seperti gajah, harimau, burung, dan lain-lain. Ada juga bunga raflesia langka. Semua dibuat dari barang bekas seperti kardus dan kertas Koran,� kata Andri.

Andri mengatakan,  masyarakat harus lebih sadar bagaimana cara menghargai alam dan lingkungan sekitar. �Melestarikan lingkungan dan menjaga keseimbangan siklus dan ekosistem di alam. Jangan biarkan pemanasan global mengancam kehidupan kita dan anak cucu kelak.�

Komunitas dan lembaga yang berpartisipasi antara lain Sanggar Seni Rupa 55, Lab Bahasa Universitas Serambi Mekkah, Jaroe, Kophi, Atjeh Bicycle Community, Darah untuk Aceh, WWF Indonesia, Forum Tataruang Sumatera (For Trust),  FFI, ACCI, KPHA, dan Fora.

memperingati Hari Bumi pada 22 April

Topeng satwa untuk memperingati Hari Bumi pada 22 April

Di Sulawesi Utara, Tunas Hijau juga aksi memperingati Hari Bumi, salah satu dengan memasang spanduk besar berisi penolakan terhadap tambang di Pulau Bangka, Minahasa Utara, dan penyelamatan hutan di Gunung Klabat.

Peringatakan Hari Bumi di Banyuwangi, Jawa Timur, cukup unik. Anggota Banyuwangi�s Forum For Environmental Learning (BaFFEL) bersama Komunitas Seni Bendo Kerep bermain teater di tengah Kali Gulung, di Desa Jambesari, Kecamatan Giri.

Tampak 13 orang berjubah plastik kegirangan menemukan 13 kalung emas. Kalung dipakai sambil terbahak. Namun kegirangan tak berlangsung lama. Ketigabelas orang itu memegangi leher sembari mengeluh haus. Kalung-kalung emas tak bisa ditukar dengan air.

Setelah itu, mereka pun ribut satu sama lain karena memperebutkan satu-satunya botol berisi air bersih. Tak ada air layak diminum kecuali satu botol itu. Semua air, sampai sungai telah tercemar dan beracun karena emas itu.

Akhirnya 13 orang itu rebah di sungai. Selembar spanduk bertuliskan �Manusia Bisa Hidup Tanpa Emas, Tapi Tidak Tanpa Air� menyelimuti 13 orang itu.

Aksi Hari Bumi ini menyuarakan penolakan rencana eksploitasi emas di hutan lindung Gunung Tumpang Pitu. Ia juga berisi kecaman terhadap keputusan Menteri Kehutanan yang menurunkan status Tumpang Pitu dari hutan lindung menjadi hutan produksi.

BaFFEL dan Komunitas Seni Bendo Kerep meyakini, jika perusahaan tambang mengeksploitasi emas di sana, kawasan resapan air akan terganggu.  Rully Fauzi Latif, aktivis BaFFEL dalam rilis kepada media mengatakan, perusahaan perlu air untuk memurnikan emas. Tentu perusahaan menyedot potensi air baik air bawah tanah maupun sungai sekitar Tumpang Pitu. �Ini tentu berdampak pada pemenuhan kebutuhan air masyarakat dan pertanian sekitar Tumpang Pitu.�

Aksi Anggota Banyuwangi�s Forum For Environmental Learning (BaFFEL)
Forum For Environmental Learning (BaFFEL)

Aksi Hari Bumi dair Tunas Hijau,
Aksi Hari Bumi dair Tunas Hijau,

SUMBER DARI : MONGABAY.CO.ID

0 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Posting Komentar