Gambar gunung slamet |
Pemalang ( BERITA TERKINI ) - Menurunnya intensitas pemberitaan ihwal kondisi Gunung Slamet, terutama dari media televisi, membuat sebagian masyarakat mengira status gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa itu sudah kembali normal.
�Sudah banyak pencinta alam meminta izin melakukan pendakian,� kata Sukedi, pengamat Gunung Api di Pos Pengamat Gunung Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Losari, Kabupaten Pemalang, Selasa, 29 April 2014.
�Sudah banyak pencinta alam meminta izin melakukan pendakian,� kata Sukedi, pengamat Gunung Api di Pos Pengamat Gunung Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Losari, Kabupaten Pemalang, Selasa, 29 April 2014.
Sukedi mengatakan komunitas pencinta alam yang menghubungi pusat layanan Pos Pengamatan Gunung Slamet kebanyakan dari luar eks-Karesidenan Pekalongan. Ada yang dari Jakarta dan juga Bali.
Walhasil, di sela kesibukannya, Sukedi harus menyisihkan waktu untuk menjelaskan kepada para pencinta alam itu satu per satu. Kepada para pencinta alam itu, Sukedi mengatakan Gunung Slamet masih berstatus waspada.
Status waspada itu disematkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 10 Maret lalu. Artinya, masyarakat dilarang beraktivitas di kawasan yang berjarak 2 kilometer dari puncak Gunung Slamet.
Data dari pos pengamatan sejak pukul 00.00 sampai 06.00, Gunung Slamet kembali melontarkan lava pijar 52 kali. Ketinggian lontarannya 500-700 meter. Suara dentuman terdengar sampai 26 kali. Sedangkan gempa letusannya tercatat 30 kali.
Meski aktivitas Gunung Slamet terpantau naik dalam beberapa hari ini, Sukedi berujar, bukan berarti akan diiringi peningkatan status. Sebab, aktivitas Gunung Slamet selama ini dinilai masih fluktuatif.
Humas SAR Tegal Slawi (Galawi) Rescue Arif Rachman mengaku juga mengalami hal sama dengan Sukedi. �Banyak pencinta alam yang menelepon. Mereka menanyakan kapan jalur pendakian Guci bisa dibuka,� kata Arif.
Kepada para pencinta alam, Arif mengatakan seluruh jalur pendakian masih ditutup selama masih berstatus waspada. �Karena kami tidak ingin mengambil risiko sekecil apa pun,� katanya.
Warga Desa Jurangmangu, Kecamatan Pulosari, Muslih, 31 tahun, juga beberapa kali dihubungi pendaki yang ingin melewati jalur Jurangmangu. �Mendaki masih dilarang. Tapi kalau mau menyaksikan lava pijar dari rumah saya, silakan,� kata petani yang biasa memandu para pendaki itu. Desa Jurangmangu ada di utara puncak Gunung Slamet. Letaknya sekitar 6 kilometer dari puncak Gunung Slamet.
Walhasil, di sela kesibukannya, Sukedi harus menyisihkan waktu untuk menjelaskan kepada para pencinta alam itu satu per satu. Kepada para pencinta alam itu, Sukedi mengatakan Gunung Slamet masih berstatus waspada.
Status waspada itu disematkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 10 Maret lalu. Artinya, masyarakat dilarang beraktivitas di kawasan yang berjarak 2 kilometer dari puncak Gunung Slamet.
Data dari pos pengamatan sejak pukul 00.00 sampai 06.00, Gunung Slamet kembali melontarkan lava pijar 52 kali. Ketinggian lontarannya 500-700 meter. Suara dentuman terdengar sampai 26 kali. Sedangkan gempa letusannya tercatat 30 kali.
Meski aktivitas Gunung Slamet terpantau naik dalam beberapa hari ini, Sukedi berujar, bukan berarti akan diiringi peningkatan status. Sebab, aktivitas Gunung Slamet selama ini dinilai masih fluktuatif.
Humas SAR Tegal Slawi (Galawi) Rescue Arif Rachman mengaku juga mengalami hal sama dengan Sukedi. �Banyak pencinta alam yang menelepon. Mereka menanyakan kapan jalur pendakian Guci bisa dibuka,� kata Arif.
Kepada para pencinta alam, Arif mengatakan seluruh jalur pendakian masih ditutup selama masih berstatus waspada. �Karena kami tidak ingin mengambil risiko sekecil apa pun,� katanya.
Warga Desa Jurangmangu, Kecamatan Pulosari, Muslih, 31 tahun, juga beberapa kali dihubungi pendaki yang ingin melewati jalur Jurangmangu. �Mendaki masih dilarang. Tapi kalau mau menyaksikan lava pijar dari rumah saya, silakan,� kata petani yang biasa memandu para pendaki itu. Desa Jurangmangu ada di utara puncak Gunung Slamet. Letaknya sekitar 6 kilometer dari puncak Gunung Slamet.
SUMBER DARI : TEMPO.CO.ID
0 komentar:
Posting Komentar